Wednesday, 12 February 2014

hadits bimbingan konseling

HADITS BIMBINGAN DAN KONSELING “
“Kewajiban Terhadap Orang Sakit”
DOSEN PENGAMPU :  Dr. Wajidi Sayadi, M. Ag


DI SUSUN

O
L
E
H

M.Suhaimi : 1113211550
Fitrianti : 1113211023

SEMESTER : V
JURUSAN  : DAKWAH
PROGRAM STUDI : BIMBINGAN KONSELING ISLAM       (BKI)
SEKOLAH  TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PONTIANAK
2014/2014

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan limpahan rahmat dan hidayahnya kepada kita sekalian. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW yang senantiasa selalu menjadi tauladan tingkah laku yang baik hingga akhir zaman.
Kami sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan tugas kelompok Mata Kuliah Hadits Bimbingan Dan Konseling dengan judul Kewajiban terhadap orang sakit yang diberikan secara terstruktur kepada mahasiswa.
Kami juga menyadari bahwa dalam penyusunan makalah  ini sangatlah jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kesalahan disana sini. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati kami mohon maaf. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat bermanfaat bagi kami, agar dalam penulisan-penulisan selanjutnya kami dapat lebih baik lagi.
Semoga penyusunan makalah  ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan pihak yang turut membacanya.

Billahitaufik wal hidayah
Wassalamu’alaikum Wr.Wb



Penulis
M.Suhaimi dan Fitrianti







BAB I
PENDAHULUAN

 LATAR BELAKANG
             Islam sangat memperhatikan dunia kesehatan guna menolong orang yang sakit dan meningkatkan kesehatan. Anjuran islam untuk hidup bersih juga menunjukkan obsesi islam untuk mewujudkan kesehatan masyarakat, sebab kebersihan pangkal kesehatan, dan kebersihan dipandang sebagai bagian dari iman. Jadi walaupun seseorang sudah menjaga kesehatannya sedemikian rupa, risiko kesakitan masih besar, disebabkan faktor eksternal yang diluar kemampuannya menghindari. Mengingat kompleksnya faktor pemicu penyakit, Sehat dan sakit merupakan warna dan rona abadi yang selalu melekat dalam diri manusia selama dia masih hidup. Tetapi kebanyakan manusia memperlakukan sehat dan sakit secara tidak adil. Kebanyakan mereka menganggap sehat itu saja yang mempunyai makna. Sebaliknya sakit hanya dianggap sebagai beban dan penderitaan, yang tidak ada maknanya sama sekali. Orang yang beranggapan demikian jelas melakukan kesalahan besar, sebab Allah SWT selalu menciptakan sesuatu atau memberikan suatu ujian kepada hambanya pasti ada hikmah atau pelajaran dibalik itu semua.


BAB II
PEMBAHASAN
A.     Mengunjungi Orang Sakit

حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ خَمْسٌ رَدُّ السَّلَامِ وَعِيَادَةُ الْمَرِيضِ وَاتِّبَاعُ الْجَنَائِزِ وَإِجَابَةُ الدَّ
عْوَةِ وَتَشْمِيتُ الْعَاطِسِ
            Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia mengatakan, saya mendengar Rasulullah SAW. Bersabda: “ Ada lima hak (kewajiban) bagi muslim terhadap sesamanya muslim: Menjawab salam, Menjenguk orang sakit, Mengantarkan /mengikuti jenazah, Memenuhi undangan, Menjawab orang yang bersin (HR. Bukhari)

            Diriwayatkan dari Abu Umamah RA. Bahwa Rasulullah SAW. Bersabda:
“suatu yang kesempurnaan dalam menjenguk orang sakit adalah meletakkan  tangan di dahinya, atau di atasnya, lalu menanyakan bagaimana kondisinya? Kesempurnaan penghormatan di antara sesama adalah berjabat tangan.” (HR. Tirmidzi )
Riyadus Solihin 895

وَعَنْ أبي هُريرةَ رَضِي الله عَنْهُ أَنَّ رَسُول الله صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّمَ قَالَ :

حَقُّ الْمُسْلِمِِ عَلََى الْمُسْلِمِ خَمْسٌ، رَدُّ السَّلَامِ. وَعِيَادَةُ الْمَرِيْضِ، وَاتِّبَاعُ الجَنَائِزِ، وَإِجَابَةُ (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ)الدَّعْوَةِ . وتَشْمِيْتُ الْعَاطِسِ .
Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda:
Hak seorang Muslim atas Muslim lainnya ada lima: menjawab salam, mengunjungi orang sakit, mengikuti jenazah-jenazah, memenuhi undangan, dan menjawab orang yang bersin. (Muttafaq 'alaih).
Hadis sahih, diriwayatkan oleh al-Bukhari, hadis no. 1164; Muslim, hadis no. 4022 dan 4023; Abu Daud, hadis no. 4375; al-Tirmizi, hadis no. 2661; al-Nasa’i, hadis no. 1912; Ibn Majah, hadis no. 1425; Ahmad, hadis no. 8047 dan 10543.

Menjenguk orang sakit itu disyariatkan, baik ia terpelajar maupun awam, orang kota maupun orang desa, mengerti makna menjenguk orang sakit maupun tidak.
Imam Bukhari meriwayatkan dalam “Kitab al-Mardha” dari kitab Shahih-nya, “Bab ‘Iyadatul-A’rab,” hadits Ibnu Abbas RA bahwa Nabi SAW pernah menjenguk seorang Arab Badui, lalu beliau bersabda, “Tidak apa-apa, suci insya Allah.” Orang Arab Badui itu berkata, “Engkau katakan suci? Tidak, ini adalah penyakit panas yang luar biasa pada seorang tua, yang akan mengantarkannya ke kubur.” Lalu Nabi SAW bersabda, “Oh ya, kalau begitu.” Makna perkataan Nabi SAW, “Tidak apa-apa, suci insya Allah,” itu adalah bahwa beliau mengharapkan lenyapnya penyakit dan kepedihan dari orang Arab Badui itu, sebagaimana beliau mengharapkan penyakitnya akan menyucikannya dari dosa-dosanya dan menghapuskan kesalahan-kesalahannya. Jika ia sembuh, maka ia mendapatkan dua macam faedah; dan jika tidak sembuh, maka dia mendapatkan keuntungan dengan dihapuskannya dosa dan kesalahannya. Tetapi orang Badui itu sangat kasar tabiatnya, dia menolak harapan dan doa Nabi SAW, lalu Nabi mentolerirnya dengan menuruti jalan pikirannya seraya mengatakan, “Oh ya, kalau begitu.” Artinya, jika kamu tidak mau, ya baiklah, terserah anggapanmu.
Diriwayatkan dari al-Mahlab bahwa ia berkata, “Pengertian hadits ini adalah bahwa tidak ada kekurangannya bagi pemimpin menjenguk rakyatnya yang sakit, meskipun dia seorang Badui yang kasar tabiatnya; juga tidak ada kekurangannya bagi orang yang mengerti menjenguk orang bodoh yang sakit untuk mengajarinya dan mengingatkannya akan hal-hal yang bermanfaat baginya, menyuruhnya bersabar agar tidak menggerutu kepada Allah yang dapat menyebabkan Allah benci kepadanya, menghiburnya untuk mengurangi penderitaannya, memberinya harapan akan kesembuhan penyakitnya, dan lain-lain hal untuk menenangkan hatinya dan hati keluarganya.
Pengertian Sakit
1.      Sakit menurut agama islam
Sakit merupakan suatu peristiwa yang selalu menyertai hidup manusia. Sakit dalam Pandangan al-Quran “Dan (ingatlah kisah) Ayyub, ketika ia menyeru Tuhannya: “(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan yang Maha Penyayang di antara semua Penyayang”(83). Maka Kamipun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipatgandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah”. (QS al-Anbiyâ‟, 21: 83-84)
Ayat di atas mengisahkan bahwa Nabi Ayyub a.s. yang ditimpa penyakit, kehilangan harta dan anak-anaknya. Dari seluruh tubuhnya hanya hati dan lidahnya yang tidak tertimpa penyakit, karena dua organ inilah yang dibiarkan Allah tetap baik dan digunakan oleh Nabi Ayyub a.s. untuk berdzikir dan memohon keridhaan Allah, dan Allah pun mengabulkan doanya, hingga akhirnya Nabi Ayyub a.s. Sembuh dan dikembalikan harta dan keluarganya. Dari sini dapat diambil pelajaran agar manusia tidak berprasangka buruk kepada Allah, tidak berputus asa akan rahmat Allah serta bersabar dalam menerima takdir Allah. Karena kita sebagai manusia perlu meyakini bahwa apabila Allah menakdirkan sakit maka kita akan sakit, begitu pula apabila Allah menakdirkan kesembuhan, tiada daya upaya kecuali dengan izin-Nya kita sembuh. Dalam setiap perjalanan hidup manusia, senantiasa dipertemukan pada tiga kondisi dan situasi yakni sehat, sakit atau mati. Pada kondisi sehat, terkadang melupakan cara hidup sehat dan mengabaikan perintah Allah SWT, sebaliknya pada kondisi sakit dianggap sebuah beban penderitaan, malapetaka dan wujud kemurkaan Allah SWT.
Kondisi sehat dan kondisi sakit adalah dua kondisi yang senantiasa dialami oleh setiap manusia. Allah SWT tidak akan menurunkan suatu penyakit apabila tidak menurunkan juga obatnya, Bila dalam kondisi sakit, umat Islam dijanjikan oleh Allah SWT berupa penghapusan dosa apabila ia bersabar dan berikhtiar untuk menyembuhkan penyakitnya.
Pengertian Sakit Secara Medis
Ø  Sakit adalah gangguan dalam fungsi normal individu sebagai totalitas termasuk keadaan organisme sebagai sistem biologis dan penyesuaian sosialnya. (Menurut Pemons, 1972)
Ø  Sakit adalah sebagai suatu keadaan yang tidak menyenangkan yang menimpa seseorang sehingga seseorang menimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari baik itu dalam aktivitas jasmani, rohani dan sosial. (Menurut Perkins)
Ø  Sakit sebagai suatu keadaan dari badan atau sebagian dari organ badan dimana fungsinya terganggu atau menyimpang. (Menurut Oxford English Dictionary)
2.      Jenis Penyakit
 a. Penyakit fisik/ lahir
 b. Penyakit batin/ hati, seperti syirik, kufur, iri atau dengki, dan lain sebagainya


3.  Hukum Menjenguk Orang Sakit
Sebagian ulama berpendapat bahwa menjenguk orang sakit hukumnya sunnah mu'akkadah (yang sangat-sangat ditekankan). Dan ini pendapat yang masyhur (Populer) di kalangan Jumhur (Mayoritas) ulama, yang bisa menjadi wajib pada seseorang yang tidak pada yang lainnya.
Sementara Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berpendapat, itu fardhu kifayah, sebagaimana yang tercantum dalam al-Ikhtiyarat, hal. 85.
4.      Macam-macam Orang Sakit
 a. Orang yang sakit ringan
 b. Orang yang sakit berat atau keras
 c. Orang yang sedang menghadapi sakaratul maut
             
5.      Anjuran Bagi Orang yang Sakit Menurut pandangan islam
a. Berbaik sangka kepada Allah SWT
b. Bersabar atas apa yang menimpanya, tidak berputus asa
c. Menerima takdir Allah SWT atasnya
d. Bersyukur kepada Allah SWT
e. Memperbanyak istighfar
f. Memperbanyak doa
g. Banyak muhasabah diri
h. Senantiasa mengharapkan rahmat Allah SWT atasnya
i. Tawakkal
j. Tetap menjalankan ibadah sesuai kemampuan
k. Membaca buku-buku agama untuk menguatkan batinnya
l. Mendengarkan bacaan ayat-ayat al-Quran
m. Tidak boleh mengharapkan kematian bagi dirinya
n. Hendaklah segera menunaikan segala tanggungan-tanggungan (utang) kepada    orang lain atau memberi wasiat kepada keluarganya atau yang lainnya
6. Adab dan tata cara menjenguk orang sakit antara lain
a. Menghibur orang sakit dengan kata-kata yyang menyenangkan, menanamkan sikap optimis untuk cepat sembuh dan dengan penuh kesabaran.
b. Memberi nasihat yang berguna bagi orang sakit supaya tidak merasa putus asa terhadap penyakit yang dideritanya.
c. Bersikap ramah ddan santun sehingga orang sakit ataupun keluargaya merasa senang.
d. Membaca doa kesembuhan untuk orang sakit dan keluarganya.
e. Berusaha memberi bantuan (semampunya) untuk meringankan beban orang sakit.
f. Memperhatikan keadaan orang sakit
7.      Sifat-Sifat Perawat Orang Sakit
a. Ikhlas
b. Penuh kasih sayang
c. Pemaaf
d. Cermat/ teliti
e. Penuh tanggung jawab
f. Patuh pada peraturan
 g. Menyimpan rahasia
8.      Perawatan Bagi Orang Sakit
a. Pengobatan Medis
b. Pengobatan Non Medis, meliputi: Doa-doa Mendengarkan ayat-ayat al-Qur‟an c. Pengobatan alternatif lain yang tidak bertentangan dengan prinsip Islam
9.      Pendampingan Terhadap Orang Sakit
Orang sakit biasanya mengalami krisis psikologis dalam dirinya, oleh karena itu hendaknya didampingi dan diberi perhatian lebih, serta dorongan motivasi untuk kesembuhannya. Doa-doa serta dzikir dirasa mampu mengurangi rasa sakit orang yang merasakannya. Karena dalam doa dan dzikir tersebut terdapat ilmu ikhlas sebagai hamba Allah swt yang tidak mempunyai daya dan upaya dihadapan-Nya. Kita dapat mendampinginya sebagai wujud bertawaqal dan menyerahkan diri kepada Allah swt dan menyadari segalanya kembali atas kehendaknya.

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Menjenguk orang sakit sangat diperhatikan Islam, maka seharusnya kaum mukminin menjaga dan memperhatikan akhlak yang mulia ini. Apalagi sebagian ulama menyimpulkan hukumnya wajib, walaupun kifayah (berdasarkan pendapat yang lebih kuat). Maka tidak selayaknya ini diremehkan, apalagi ini menjadi sarana kuat untuk menjalin persahabatan, menguatkan ikatan tali persaudaraan se-Islam, dan bahkan bisa menjadi sarana untuk menyampaikan hidayah. Dalam padangan agama islam merawat tubuh merupakan tugas mulia, Bahkan agama islam sangat menuntut akan hadirnya peran perawat (rufidah) di tengah masyarakat.






DAFTAR PUSTAKA

Wajidi Sayadi, Hadits Bimbingan Dan Konseling.

Syafruddin Amir,  2009.,Buku Praktis Menyelenggarakan Jenazah. Penerbit Cinta Buku Setia, Ciputat.

Imam Nawawi, 1999, Riyadhus Shalihin jil 2, Pustaka Amani, Jakarta.























No comments:

Post a Comment

DISCOVERY AND INQUIRY

DISCOVERY AND INQUIRY Bangunan berlantai dua yang berdiri diatas lahan 1508 m 2 itu tampak sunyi senyap disepertiga malam akhir. Se...