“ HADITS BIMBINGAN
DAN KONSELING “
“Kewajiban
Terhadap Orang Sakit”
DOSEN PENGAMPU : Dr. Wajidi Sayadi, M. Ag
DI SUSUN
O
L
E
H
M.Suhaimi : 1113211550
Fitrianti : 1113211023
SEMESTER
: V
JURUSAN : DAKWAH
PROGRAM STUDI :
BIMBINGAN KONSELING ISLAM (BKI)
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PONTIANAK
2014/2014
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum
Wr.Wb
Puji syukur penulis panjatkan atas
kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan limpahan rahmat dan hidayahnya
kepada kita sekalian. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada
junjungan Nabi besar Muhammad SAW yang senantiasa selalu menjadi tauladan tingkah laku
yang baik hingga akhir zaman.
Kami sangat
bersyukur karena dapat menyelesaikan tugas kelompok Mata Kuliah Hadits
Bimbingan Dan Konseling dengan judul “Kewajiban terhadap orang sakit” yang
diberikan secara terstruktur kepada mahasiswa.
Kami juga menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini sangatlah jauh
dari kesempurnaan dan masih banyak kesalahan disana sini. Oleh karena itu
dengan segala kerendahan hati kami mohon maaf. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat bermanfaat bagi kami, agar dalam penulisan-penulisan
selanjutnya kami dapat lebih baik lagi.
Semoga penyusunan makalah
ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan pihak yang turut
membacanya.
Billahitaufik wal hidayah
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Penulis
M.Suhaimi dan
Fitrianti
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Islam sangat memperhatikan
dunia kesehatan guna menolong orang yang sakit dan meningkatkan kesehatan.
Anjuran islam untuk hidup bersih juga menunjukkan obsesi islam untuk mewujudkan
kesehatan masyarakat, sebab kebersihan pangkal kesehatan, dan kebersihan dipandang
sebagai bagian dari iman. Jadi walaupun seseorang sudah menjaga kesehatannya
sedemikian rupa, risiko kesakitan masih besar, disebabkan faktor eksternal yang
diluar kemampuannya menghindari. Mengingat kompleksnya faktor pemicu penyakit,
Sehat dan sakit merupakan warna dan rona abadi yang selalu melekat dalam diri
manusia selama dia masih hidup. Tetapi kebanyakan manusia memperlakukan sehat
dan sakit secara tidak adil. Kebanyakan mereka menganggap sehat itu saja yang
mempunyai makna. Sebaliknya sakit hanya dianggap sebagai beban dan penderitaan,
yang tidak ada maknanya sama sekali. Orang yang beranggapan demikian jelas
melakukan kesalahan besar, sebab Allah SWT selalu menciptakan sesuatu atau
memberikan suatu ujian kepada hambanya pasti ada hikmah atau pelajaran dibalik
itu semua.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Mengunjungi Orang Sakit
حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ خَمْسٌ رَدُّ
السَّلَامِ وَعِيَادَةُ الْمَرِيضِ وَاتِّبَاعُ الْجَنَائِزِ وَإِجَابَةُ الدَّ
عْوَةِ وَتَشْمِيتُ الْعَاطِسِ
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu
anhu, ia mengatakan, saya
mendengar Rasulullah SAW. Bersabda: “ Ada lima hak (kewajiban) bagi muslim
terhadap sesamanya muslim: Menjawab salam, Menjenguk
orang sakit,
Mengantarkan
/mengikuti jenazah, Memenuhi undangan, Menjawab orang yang bersin (HR.
Bukhari)
Diriwayatkan
dari Abu Umamah RA. Bahwa Rasulullah SAW. Bersabda:
“suatu yang kesempurnaan dalam
menjenguk orang sakit adalah meletakkan
tangan di dahinya, atau di atasnya, lalu menanyakan bagaimana kondisinya?
Kesempurnaan penghormatan di antara sesama adalah berjabat tangan.” (HR. Tirmidzi )
Riyadus Solihin 895
وَعَنْ أبي هُريرةَ رَضِي الله عَنْهُ أَنَّ رَسُول
الله صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّمَ قَالَ :
حَقُّ الْمُسْلِمِِ عَلََى الْمُسْلِمِ خَمْسٌ،
رَدُّ السَّلَامِ. وَعِيَادَةُ الْمَرِيْضِ، وَاتِّبَاعُ الجَنَائِزِ، وَإِجَابَةُ
(مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ)الدَّعْوَةِ . وتَشْمِيْتُ الْعَاطِسِ .
Dari Abu Hurairah ra.
bahwa Rasulullah saw. bersabda:
Hak seorang Muslim atas
Muslim lainnya ada lima: menjawab salam, mengunjungi orang sakit, mengikuti
jenazah-jenazah, memenuhi undangan, dan menjawab orang yang bersin. (Muttafaq
'alaih).
Hadis sahih,
diriwayatkan oleh al-Bukhari, hadis no. 1164; Muslim, hadis no. 4022 dan 4023;
Abu Daud, hadis no. 4375; al-Tirmizi, hadis no. 2661; al-Nasa’i, hadis no.
1912; Ibn Majah, hadis no. 1425; Ahmad, hadis no. 8047 dan 10543.
Menjenguk
orang sakit itu disyariatkan, baik ia terpelajar maupun awam, orang kota maupun
orang desa, mengerti makna menjenguk orang sakit maupun tidak.
Imam Bukhari
meriwayatkan dalam “Kitab al-Mardha” dari kitab Shahih-nya, “Bab
‘Iyadatul-A’rab,” hadits Ibnu Abbas RA bahwa Nabi SAW pernah menjenguk seorang
Arab Badui, lalu beliau bersabda, “Tidak apa-apa, suci insya Allah.” Orang Arab
Badui itu berkata, “Engkau katakan suci? Tidak, ini adalah penyakit panas yang
luar biasa pada seorang tua, yang akan mengantarkannya ke kubur.” Lalu Nabi SAW
bersabda, “Oh ya, kalau begitu.” Makna perkataan Nabi SAW, “Tidak apa-apa, suci
insya Allah,” itu adalah bahwa beliau mengharapkan lenyapnya penyakit dan
kepedihan dari orang Arab Badui itu, sebagaimana beliau mengharapkan
penyakitnya akan menyucikannya dari dosa-dosanya dan menghapuskan
kesalahan-kesalahannya. Jika ia sembuh, maka ia mendapatkan dua macam faedah;
dan jika tidak sembuh, maka dia mendapatkan keuntungan dengan dihapuskannya
dosa dan kesalahannya. Tetapi orang Badui itu sangat kasar tabiatnya, dia
menolak harapan dan doa Nabi SAW, lalu Nabi mentolerirnya dengan menuruti jalan
pikirannya seraya mengatakan, “Oh ya, kalau begitu.” Artinya, jika kamu tidak
mau, ya baiklah, terserah anggapanmu.
Diriwayatkan
dari al-Mahlab bahwa ia berkata, “Pengertian hadits ini adalah bahwa tidak ada
kekurangannya bagi pemimpin menjenguk rakyatnya yang sakit, meskipun dia
seorang Badui yang kasar tabiatnya; juga tidak ada kekurangannya bagi orang
yang mengerti menjenguk orang bodoh yang sakit untuk mengajarinya dan
mengingatkannya akan hal-hal yang bermanfaat baginya, menyuruhnya bersabar agar
tidak menggerutu kepada Allah yang dapat menyebabkan Allah benci kepadanya,
menghiburnya untuk mengurangi penderitaannya, memberinya harapan akan
kesembuhan penyakitnya, dan lain-lain hal untuk menenangkan hatinya dan hati
keluarganya.
Pengertian
Sakit
1.
Sakit menurut agama islam
Sakit
merupakan suatu peristiwa yang selalu menyertai hidup manusia. Sakit dalam Pandangan
al-Quran “Dan (ingatlah kisah) Ayyub, ketika ia menyeru Tuhannya: “(Ya
Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan yang
Maha Penyayang di antara semua Penyayang”(83). Maka Kamipun memperkenankan
seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami
kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipatgandakan bilangan mereka,
sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua
yang menyembah Allah”. (QS al-Anbiyâ‟, 21: 83-84)
Ayat di atas mengisahkan bahwa Nabi Ayyub
a.s. yang ditimpa penyakit, kehilangan harta dan anak-anaknya. Dari seluruh
tubuhnya hanya hati dan lidahnya yang tidak tertimpa penyakit, karena dua organ
inilah yang dibiarkan Allah tetap baik dan digunakan oleh Nabi Ayyub a.s. untuk
berdzikir dan memohon keridhaan Allah, dan Allah pun mengabulkan doanya, hingga
akhirnya Nabi Ayyub a.s. Sembuh dan dikembalikan harta dan keluarganya. Dari sini dapat
diambil pelajaran agar manusia tidak berprasangka buruk kepada Allah, tidak
berputus asa akan rahmat Allah serta bersabar dalam menerima takdir Allah.
Karena kita sebagai manusia perlu meyakini bahwa apabila Allah menakdirkan
sakit maka kita akan sakit, begitu pula apabila Allah menakdirkan kesembuhan,
tiada daya upaya kecuali dengan izin-Nya kita sembuh. Dalam setiap perjalanan
hidup manusia, senantiasa dipertemukan pada tiga kondisi dan situasi yakni
sehat, sakit atau mati. Pada kondisi sehat, terkadang melupakan cara hidup
sehat dan mengabaikan perintah Allah SWT, sebaliknya pada kondisi sakit
dianggap sebuah beban penderitaan, malapetaka dan wujud kemurkaan Allah SWT.
Kondisi sehat dan kondisi sakit adalah dua kondisi yang
senantiasa dialami oleh setiap manusia. Allah SWT tidak akan menurunkan suatu
penyakit apabila tidak menurunkan juga obatnya, Bila dalam kondisi sakit, umat
Islam dijanjikan oleh Allah SWT berupa penghapusan dosa apabila ia bersabar dan
berikhtiar untuk menyembuhkan penyakitnya.
Pengertian Sakit
Secara
Medis
Ø Sakit adalah gangguan dalam fungsi normal individu sebagai totalitas
termasuk keadaan organisme sebagai sistem biologis dan penyesuaian sosialnya.
(Menurut Pemons, 1972)
Ø Sakit adalah sebagai suatu keadaan yang tidak menyenangkan yang
menimpa seseorang sehingga seseorang menimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari
baik itu dalam aktivitas jasmani, rohani dan sosial. (Menurut Perkins)
Ø Sakit sebagai suatu keadaan dari badan atau sebagian dari organ
badan dimana fungsinya terganggu atau menyimpang. (Menurut Oxford English
Dictionary)
2.
Jenis Penyakit
a. Penyakit fisik/ lahir
b. Penyakit batin/ hati,
seperti syirik, kufur, iri atau dengki, dan lain sebagainya
3. Hukum
Menjenguk Orang Sakit
Sebagian ulama berpendapat bahwa menjenguk orang
sakit hukumnya sunnah mu'akkadah (yang sangat-sangat ditekankan). Dan ini
pendapat yang masyhur (Populer) di kalangan Jumhur (Mayoritas) ulama, yang bisa
menjadi wajib pada seseorang yang tidak pada yang lainnya.
Sementara Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
berpendapat, itu fardhu kifayah, sebagaimana yang tercantum dalam
al-Ikhtiyarat, hal. 85.
4.
Macam-macam Orang Sakit
a. Orang yang sakit ringan
b. Orang yang sakit berat
atau keras
c. Orang yang sedang
menghadapi sakaratul maut
5.
Anjuran Bagi Orang yang
Sakit Menurut pandangan islam
a. Berbaik sangka kepada Allah SWT
b. Bersabar atas apa yang menimpanya, tidak berputus asa
c. Menerima takdir Allah SWT atasnya
d. Bersyukur kepada Allah SWT
e. Memperbanyak istighfar
f. Memperbanyak doa
g. Banyak muhasabah diri
h. Senantiasa mengharapkan rahmat Allah SWT atasnya
i. Tawakkal
j. Tetap menjalankan ibadah sesuai kemampuan
k. Membaca buku-buku agama untuk menguatkan batinnya
l. Mendengarkan bacaan ayat-ayat al-Quran
m. Tidak boleh mengharapkan kematian bagi dirinya
n. Hendaklah segera menunaikan segala tanggungan-tanggungan (utang)
kepada orang lain atau
memberi wasiat kepada keluarganya atau yang lainnya
6. Adab dan tata cara menjenguk orang sakit antara lain
a. Menghibur orang sakit dengan kata-kata yyang
menyenangkan, menanamkan sikap optimis untuk cepat sembuh dan dengan penuh
kesabaran.
b. Memberi nasihat yang berguna bagi orang sakit
supaya tidak merasa putus asa terhadap penyakit yang dideritanya.
c. Bersikap ramah ddan santun sehingga orang sakit
ataupun keluargaya merasa senang.
d. Membaca doa kesembuhan untuk orang sakit dan
keluarganya.
e. Berusaha memberi bantuan (semampunya) untuk
meringankan beban orang sakit.
f. Memperhatikan keadaan orang sakit
7.
Sifat-Sifat Perawat
Orang Sakit
a. Ikhlas
b. Penuh kasih sayang
c. Pemaaf
d. Cermat/ teliti
e. Penuh tanggung jawab
f. Patuh pada peraturan
g. Menyimpan rahasia
8.
Perawatan Bagi Orang
Sakit
a. Pengobatan Medis
b. Pengobatan Non Medis, meliputi: Doa-doa Mendengarkan ayat-ayat
al-Qur‟an c. Pengobatan alternatif lain yang tidak bertentangan dengan prinsip
Islam
9.
Pendampingan Terhadap
Orang Sakit
Orang sakit biasanya mengalami krisis psikologis dalam dirinya, oleh
karena itu hendaknya didampingi dan diberi perhatian lebih, serta dorongan
motivasi untuk kesembuhannya. Doa-doa serta dzikir dirasa mampu mengurangi rasa
sakit orang yang merasakannya. Karena dalam doa dan dzikir tersebut terdapat
ilmu ikhlas sebagai hamba Allah swt yang tidak mempunyai daya dan upaya
dihadapan-Nya. Kita dapat mendampinginya sebagai wujud bertawaqal dan
menyerahkan diri kepada Allah swt dan menyadari segalanya kembali atas
kehendaknya.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Menjenguk orang sakit sangat diperhatikan Islam, maka seharusnya kaum
mukminin menjaga dan memperhatikan akhlak yang mulia ini. Apalagi sebagian
ulama menyimpulkan hukumnya wajib, walaupun kifayah (berdasarkan pendapat yang
lebih kuat). Maka tidak selayaknya ini diremehkan, apalagi ini menjadi sarana
kuat untuk menjalin persahabatan, menguatkan ikatan tali persaudaraan se-Islam,
dan bahkan bisa menjadi sarana untuk menyampaikan hidayah. Dalam padangan agama islam merawat tubuh merupakan tugas mulia, Bahkan agama islam sangat
menuntut akan hadirnya peran perawat (rufidah) di tengah masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Wajidi Sayadi, Hadits Bimbingan Dan Konseling.
Syafruddin Amir, 2009.,Buku Praktis Menyelenggarakan Jenazah. Penerbit
Cinta Buku Setia, Ciputat.
Imam Nawawi, 1999, Riyadhus Shalihin
jil 2, Pustaka Amani, Jakarta.
No comments:
Post a Comment