ALIRAN
KEROHANIAN SAPTO DARMA
OLEH: M. SUHAIMI
NIM: 1113211550
A.
Pendahuluan
Rahnip M., B.A. dalam bukunya “Aliran Kepercayaan dan Kebatinan dalam Sorotan” menjelaskan,
“Kebatinan adalah hasil pikir dan angan-angan manusia yang menimbulkan suatu
aliran kepercayaan dalam dada penganutnya dengan membawakan ritus tertentu,
bertujuan untuk mengetahui hal-hal yang ghaib, bahkan untuk mencapai
persekutuan dengan sesuatu yang mereka anggap Tuhan secara perenungan batin,
sehingga dengan demikian –menurut anggapan mereka- dapat mencapai budi luhur
untuk kesempurnaan hidup kini dan akan datang sesuai dengan konsepsi sendiri.
1. Merupakan
hasil pikir dan angan-angan manusia,
2. Memiliki
cara beribadat (ritual) tertentu,
3. Yang
dituju adalah pengetahuan ghaib dan terkadang juga malah bertujuan menyatukan
diri dengan Tuhan,
4. Hasil
akhir adalah kesempurnaan hidup dengan konsepsi sendiri.
B.
Pokok Bahasan
a.
Sejaranya
Sapta Darma adalah sebuah organisasi
aliran kepercayaan yang pokok ajarannya adalah melaksanakan tujuh kewajiban
suci yang bertujuan untuk membentuk kerohanian dan budi luhur dan berusaha
membina kebahagiaan hidup manusia di dunia dan akhirat. Aliran kejawèn ini
didirikan oleh Hardjo Sapuro di Kediri.
Aliran ini mempunyai banyak pengikut yang berasal dari kalangan rakyat biasa
yaitu buruh dan petani, tidak seperti Pangestu, Sumarah dan lain-lain yang
memiliki pengikut terutama dari kelas menengah. Sapta Darma hadir untuk
membimbing manusia menuju kesempurnaan hidup, baik mental–spiritual maupun
fisik–material melalui ilham-ilham Sapta Darma yang diterima oleh Panuntun
Agung Sri Gautama. Konsep Tuhan dalam Sapta Darma terlalu sederhana dan
abstrak. “Konsepsi penyelamatan hidup-isme” mementingkan penyelamatan di dunia
ini. Dalam hal ini, Sapta Darma sama dengan “Konsep penyelamatan hidup-isme”.
Dalam konsep penyelamatan Sapta Darma, pengikutnya mendapat penyelamatan di
dunia ini. Sapta Darma sebetulnya mengabaikan konsep akhirat dan penyelamatan
yang diberikan di akhirat. Dipentingkan daya mengobati sakit dan budi luhur
yang didapat dengan etika dan moral sehari-hari.
Dan ada juga yang mengatakan bahwa Sapto
Darmo —salah satu aliran besar kejawen— pertama kali dicetuskan oleh Hardjosapuro dan selanjutnya dia
ajarkan hingga meninggalnya, 16 Desember 1964. Nama Sapto Darmo diambil dari
bahasa Jawa; sapto artinya tujuh dan darmo artinya kewajiban suci. Jadi, sapto
darmo artinya tujuh kewajiban suci. Sekarang aliran ini banyak berkembang di
Yogya dan Jawa Tengah, bahkan sampai ke luar Jawa. Aliran ini mempunyai pasukan
dakwah yang dinamakan Korps Penyebar Sapto Darmo, yang dalam dakwahnya sering
dipimpin oleh ketuanya sendiri (Sri Pawenang) yang bergelar Juru Bicara Tuntunan
Agung.
b. Pokok
ajarannya
Ajaran pokok Kerohanian Sapta Darma
adalah melaksanakan tujuh kewajiban suci yaitu
Hal-hal yang anjurkan oleh ajaran Sapto
Darmo
Ø setia
dan taat terhadap Pancasila Allah, yaitu: Yang Maha Agung, Maha Rahim, Maha
Adil, Maha Wasesa (Kuasa) dan Yang Langgeng (abadi).
Ø setia
menjalankan undang-undang negara dengan hati yang jujur dan suci.
Ø ikut
serta cancut tali wanda (siap sedia sewaktu-waktu) mempertahankan tegaknya
negara, nusa dan bangsa.
Ø menolong
siapa saja yang memerlukan bantuan tanpa mengharapkan balasan apa pun.
Ø berani
hidup berdasarkan kepercayaan dan kekuatan diri sendiri.
Ø sikapnya
dalam hidup bermasyarakat harus “bebrayan“, bersusila dan berbudi pekerti yang
halus serta senantiasa sebagai penerangan yang membawa ketentraman orang lain.
Ø percaya
bahwa keadaan di dunia ini tidak kekal, melainkan selalu berubah-ubah (owah
gingsir), ‘cakra manggilingan‘ (berputar seperti roda, sekali di atas sekali di
bawah).
Pantangan
Ada
beberapa pantangan yang tidak boleh dilanggar oleh para anggota, yaitu:
Ø tidak
boleh menyembah dan memuliakan sesuatu kecuali kepada Allah Yang Maha Esa.
Ø tidak
boleh memuja batu, kayu dan segala macam yang dibuat oleh manusia sendiri.
Ø tidak
boleh memuja dan meminta pertolongan kepada makhluk halus dan memakan hasilnya.
Ø tidak
boleh mempercayai adanya hari pantangan, bulan dan tahun yang tidak boleh
dipakai untuk melakukan pekerjaan.
Ø tidak
boleh membuat sesaji kepada makhluk halus penjaga rumah, desa dan berbagai
bentuk takhayul lainnya.
Sujud
Semua warga Kerohanian Sapta Darma wajib
melakukan sujud minimal sekali dalam sehari semalam, lebih banyak lebih baik.
Sujud dapat dilakukan bersama maupun pribadi, kapan saja dan di mana saja.
Mereka yang telah melakukan Sujud Dasar akan memperoleh “sabda Tuhan” untuk
menolong sesama makhluk tanpa mengharapkan upah. Ada banyak manfaat yang
dipercaya yakni menumbuhkan kekuatan besar dalam tubuh, menyembuhkan dan
memberantas kuman-kuman penyakit, menenangkan nafsu angkara murka dan
memperoleh kewaskitaan sehingga dapat membaca sasmita.
Hening (Ening)
Hening adalah perilaku menenangkan badan
seluruhnya dengan menghilangkan semua angan-angan pikiran, untuk suatu maksud
yang boleh dilakukan sebelum melakukan sujud dasar. Hening ini dipergunakan
untuk melihat atau mengetahui keadaan keluarga yang jauh atau untuk melihat
segala sesuatu yang tidak dapat dilihat dengan mata jasmani, murwakani
(meneliti ucapan dan tindakan sebelum dilakukan), mengetahui keadaan arwah
leluhur yang sudah meninggal dunia, melihat tempat-tempat angker yang sering
mengganggu manusia, dan mengirim-menerima telegram rasa.
Racut
Racut adalah memisahkan rasa dari
pengrasa (pikiran) dengan tujuan berlatih menghadap Yang Maha Suci terhadap
Yang Maha Kuasa. Racut dapat dipergunakan untuk mengetahui tempat kehidupan
besok bila sudah mati, yang sering disebut “alam kasuwargan
Olah Rasa
Olah rasa adalah suatu cara untuk
meneliti jalannya rasa dan getaran yang ada dalam badan untuk mencapai budi
luhur yang harus dimiliki oleh Satria Utama, yaitu mereka yang ingin senantiasa
waspada penuh ‘waskita‘ dan bijaksana.
Kitab Suci
Kitab suci penganut Sapto Darmo adalah
yang diusahakan oleh Bopo Panuntun Gutama, yang tidak lain adalah pendirinya
itu sendiri, Hardjosapuro. Menurut pandangan mereka, kitab ini berasal dari
kumpulan ‘wahyu’ dari Tuhan yang memiliki sifat Pancasila Allah.
Tentang Alam
·
Alam Wajar yaitu alam dunia sekarang
ini.
·
Alam Abadi yaitu alam langgeng atau alam
kasuwargan.
·
Alam Halus yaitu alam tempat roh-roh
yang gentayangan (berkeliaran) karena tidak sanggup langsung menuju alam
keswargaan. Roh-roh tersebut berasal dari manusia yang selama hidup di dunia
banyak berdosa.
C.
Komentar
Dari sudut pandang saya bahwa ajaran Sapto Darmo
hanya berisi keimanan kepada Allah sebatas beriman terhadap Rububiyah Allah;
itupun dengan pemahaman yang salah. Rububiyah Allah hanya difahami sebatas lima
sifat (Pancasila Allah) yaitu Maha Agung, Maha Rahim, Maha Adil, Maha Kuasa,
dan Maha Kekal. Padahal sifat rububiyah Allah itu banyak sekali (tidak terbatas
dengan bilangan).
Keimanan secara benar terhadap Rububiyah Allah saja
belum menjamin kebenaran Iman atau Islam seseorang, apalagi yang hanya beriman
kepada sebagian kecil dari sifat rububiyah Allah seperti ajaran Sapto Darmo
ini. (silahkan baca saja: Rubrik Tauhid oleh Ustadz Abu Nida’, halaman 2).
Inti
ajaran Sapto Darmo hanya mengajarkan iman kepada Allah saja. Hal itu
menunjukkan batilnya ajaran Sapto Darmo dalam pandangan Islam. Aqidah Islam
memerintahkan untuk mengimani enam perkara yang dikenal dengan rukun iman,
yaitu beriman kepada Allah, Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, Hari
Akhir, dan Takdir yang baik maupun buruk. al-Allamah Ali bin Ali bin Muhammad
bin Abil ‘Izziz dalam menjelaskan rukun iman mengatakan; “Perkara-perkara
tersebut adalah termasuk rukun iman.
Komentar
saya tentang Kitab Suci Sapto Darmo
Kitab Suci penganut Sapto Darmo
sebagaimana disebutkan di muka adalah yang diusahakan oleh Bopo Panuntun
Gutama, yaitu Hardjosapuro. Menurut pandangan mereka, kitab suci mereka itu
berasal dari ‘wahyu’ yang berasal dari Tuhan yang memiliki sifat Pancasila
Allah. Itu berarti bahwa ‘kitab suci’ tersebut baru, lahir sekitar 40 tahun
yang lalu.
Aliran Sapto Darmo meyakini adanya alam
halus yaitu alam tempat roh-roh yang gentayangan atau berkeliaran karena tidak
sanggup langsung menuju alam keswargaan. Kata mereka, roh-roh tersebut berasal
dari manusia yang selama hidup di dunia banyak berdosa.
Aqidah Islam tidak mengenal alam yang
demikian itu. Setelah manusia meninggal dunia bagaimanapun cara meninggalnya–
maka selanjutnya ia berada dalam suatu alam yang disebut dengan alam kubur atau
alam barzakh, sebagaimana dijelaskan oleh al-Allamah Ali bin Ali bin Muhammad
bin Abil ‘Izzi. “Ketahuilah, bahwa adzab kubur adalah adzab barzakh. Semua
orang yang mati dalam keadaan membawa dosa berhak mendapat adzab sesuai dengan
dosa yang dilakukannya, baik jasadnya dikuburkan, dimakan serigala, terbakar
sehingga menjadi abu, melayang-layang di angkasa, disalib, atau tenggelam di
lautan. Adzab kubur akan dirasakan oleh si mati dengan jasad dan ruh-nya, meski
jasadnya tidak terkubur. Hal-hal ghaib yang berkaitan dengan bagaimana duduknya
orang yang mati ketika di kubur, seperti apa tulang rusuknya, dan hal-hal yang
semacamnya, maka wajib kita pahami (yakini) sebagaimana yang disampaikan oleh
Rasulullah; tidak boleh kita menambah-nambah ataupun menguranginya
Terkait dengan alam, Ibnu Abil ‘Izzi
pada alenia berikutnya menjelaskan; “Kesimpulannya adalah bahwa alam itu ada
tiga; alam dunia (dar ad-dunya), alam barzakh (dar al-barzakh), dan alam
akhirat (dar al-qarar). Allah telah memberlakukan hukum-hukum tertentu bagi
tiap-tiap alam tersebut, dan manusia (jasad maupun ruh) akan berjalan sesuai
dengan hukum tersebut. Allah menjadikan hukum-hukum dunia berlaku bagi jasad
dan ruh sesuai keadaannya di dunia. Demikian juga; Allah menjadikan hukum-hukum
di alam barzakh berlaku bagi jasad dan ruh sesuai keadaannya di alam barzakh.
Kemudian, tatkala datang hari dibangkitkannya semua jasad dan manusia dari
kubur mereka, maka akan berlakulah hukum-hukum yang ada di sana; pemberian
pahala dan siksa, juga kepada ruh dan jasad secara bersama-sama.”
D.
Penutup
1. Kesimpulan
a. Sapta
dharma terdiri dari dua kata yakni sapta dan dharma .secara etimologi kata
sapta diketahui berasal dari bahasa sanskerta artinya tujuh(kata majmuk).
b. Ajaran
– ajarannya
c. Percaya
kepada tuhan dan percaya kepada diri sendiri.
d. Cinta
sesama manusia dan bertolong-tolongan.
e. setia
dan taat terhadap Pancasila Allah, yaitu: Yang Maha Agung, Maha Rahim, Maha
Adil, Maha Wasesa (Kuasa) dan Yang Langgeng (abadi).
f. setia
menjalankan undang-undang negara dengan hati yang jujur dan suci.
g. ikut
serta cancut tali wanda (siap sedia sewaktu-waktu) mempertahankan tegaknya
negara, nusa dan bangsa.
h. menolong
siapa saja yang memerlukan bantuan tanpa mengharapkan balasan apa pun
2. Saran
Pemakalah menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, banyak hal-hal yang masih
kurang dalam makalah ini. Maka dari pada itu pemakalah mengaharapkan kritikan
dan saran dari para pembaca dan terutama sekali kepada dosen pembimbing, guna
untuk perubahan dan perbaikan bagi pemakalah dikemudian harinya.
Daftar Pustaka
Hilman
Hadikusuma, Antropologi Agama, 113.
Mutholib
Ilyas – Ghofur Imam, Aliran Kepercayaan dan Kebatinan di Indonesia, 160-161.
Mutholib
Ilyas – Ghofur Imam, Aliran Kepercayaan dan Kebatinan di Indonesia, 163-165.
Rahnip
M., B.A., Aliran Kebatinan dan Kepercayaan dalam Sorotan, Pustaka Progressif,
hal. 11.
Hilman
Hadikusuma, Antropologi Agama, 116.
Mutholib
Ilyas – Ghofur Imam, Aliran Kepercayaan dan Kebatinan di Indonesia, 162-163.
ini adalah salah satu materi yang saya dapatkan dalam perkuliahan Komunikasi lintas Agama di IAIN Pontianak kemaren.....
ReplyDelete