Wednesday, 12 February 2014

Aliran Kerohanian Sapta Darma


ALIRAN KEROHANIAN SAPTO DARMA

OLEH: M. SUHAIMI
NIM: 1113211550

A.   Pendahuluan
Rahnip M., B.A. dalam bukunya “Aliran Kepercayaan dan Kebatinan dalam Sorotan” menjelaskan, “Kebatinan adalah hasil pikir dan angan-angan manusia yang menimbulkan suatu aliran kepercayaan dalam dada penganutnya dengan membawakan ritus tertentu, bertujuan untuk mengetahui hal-hal yang ghaib, bahkan untuk mencapai persekutuan dengan sesuatu yang mereka anggap Tuhan secara perenungan batin, sehingga dengan demikian –menurut anggapan mereka- dapat mencapai budi luhur untuk kesempurnaan hidup kini dan akan datang sesuai dengan konsepsi sendiri.
1.      Merupakan hasil pikir dan angan-angan manusia,
2.      Memiliki cara beribadat (ritual) tertentu,
3.      Yang dituju adalah pengetahuan ghaib dan terkadang juga malah bertujuan menyatukan diri dengan Tuhan,
4.      Hasil akhir adalah kesempurnaan hidup dengan konsepsi sendiri.

B.   Pokok Bahasan
a.     Sejaranya
Sapta Darma adalah sebuah organisasi aliran kepercayaan yang pokok ajarannya adalah melaksanakan tujuh kewajiban suci yang bertujuan untuk membentuk kerohanian dan budi luhur dan berusaha membina kebahagiaan hidup manusia di dunia dan akhirat. Aliran kejawèn ini didirikan oleh Hardjo Sapuro di Kediri. Aliran ini mempunyai banyak pengikut yang berasal dari kalangan rakyat biasa yaitu buruh dan petani, tidak seperti Pangestu, Sumarah dan lain-lain yang memiliki pengikut terutama dari kelas menengah. Sapta Darma hadir untuk membimbing manusia menuju kesempurnaan hidup, baik mental–spiritual maupun fisik–material melalui ilham-ilham Sapta Darma yang diterima oleh Panuntun Agung Sri Gautama. Konsep Tuhan dalam Sapta Darma terlalu sederhana dan abstrak. “Konsepsi penyelamatan hidup-isme” mementingkan penyelamatan di dunia ini. Dalam hal ini, Sapta Darma sama dengan “Konsep penyelamatan hidup-isme”. Dalam konsep penyelamatan Sapta Darma, pengikutnya mendapat penyelamatan di dunia ini. Sapta Darma sebetulnya mengabaikan konsep akhirat dan penyelamatan yang diberikan di akhirat. Dipentingkan daya mengobati sakit dan budi luhur yang didapat dengan etika dan moral sehari-hari.
Dan ada juga yang mengatakan bahwa Sapto Darmo —salah satu aliran besar kejawen— pertama kali dicetuskan oleh Hardjosapuro dan selanjutnya dia ajarkan hingga meninggalnya, 16 Desember 1964. Nama Sapto Darmo diambil dari bahasa Jawa; sapto artinya tujuh dan darmo artinya kewajiban suci. Jadi, sapto darmo artinya tujuh kewajiban suci. Sekarang aliran ini banyak berkembang di Yogya dan Jawa Tengah, bahkan sampai ke luar Jawa. Aliran ini mempunyai pasukan dakwah yang dinamakan Korps Penyebar Sapto Darmo, yang dalam dakwahnya sering dipimpin oleh ketuanya sendiri (Sri Pawenang) yang bergelar Juru Bicara Tuntunan Agung.
b. Pokok ajarannya
Ajaran pokok Kerohanian Sapta Darma adalah melaksanakan tujuh kewajiban suci yaitu
Hal-hal yang anjurkan oleh ajaran Sapto Darmo
Ø  setia dan taat terhadap Pancasila Allah, yaitu: Yang Maha Agung, Maha Rahim, Maha Adil, Maha Wasesa (Kuasa) dan Yang Langgeng (abadi).
Ø  setia menjalankan undang-undang negara dengan hati yang jujur dan suci.
Ø  ikut serta cancut tali wanda (siap sedia sewaktu-waktu) mempertahankan tegaknya negara, nusa dan bangsa.
Ø  menolong siapa saja yang memerlukan bantuan tanpa mengharapkan balasan apa pun.
Ø  berani hidup berdasarkan kepercayaan dan kekuatan diri sendiri.
Ø  sikapnya dalam hidup bermasyarakat harus “bebrayan“, bersusila dan berbudi pekerti yang halus serta senantiasa sebagai penerangan yang membawa ketentraman orang lain.
Ø  percaya bahwa keadaan di dunia ini tidak kekal, melainkan selalu berubah-ubah (owah gingsir), ‘cakra manggilingan‘ (berputar seperti roda, sekali di atas sekali di bawah).
 Pantangan
Ada beberapa pantangan yang tidak boleh dilanggar oleh para anggota, yaitu:
Ø  tidak boleh menyembah dan memuliakan sesuatu kecuali kepada Allah Yang Maha Esa.
Ø  tidak boleh memuja batu, kayu dan segala macam yang dibuat oleh manusia sendiri.
Ø  tidak boleh memuja dan meminta pertolongan kepada makhluk halus dan memakan hasilnya.
Ø  tidak boleh mempercayai adanya hari pantangan, bulan dan tahun yang tidak boleh dipakai untuk melakukan pekerjaan.
Ø  tidak boleh membuat sesaji kepada makhluk halus penjaga rumah, desa dan berbagai bentuk takhayul lainnya.
Sujud
Semua warga Kerohanian Sapta Darma wajib melakukan sujud minimal sekali dalam sehari semalam, lebih banyak lebih baik. Sujud dapat dilakukan bersama maupun pribadi, kapan saja dan di mana saja. Mereka yang telah melakukan Sujud Dasar akan memperoleh “sabda Tuhan” untuk menolong sesama makhluk tanpa mengharapkan upah. Ada banyak manfaat yang dipercaya yakni menumbuhkan kekuatan besar dalam tubuh, menyembuhkan dan memberantas kuman-kuman penyakit, menenangkan nafsu angkara murka dan memperoleh kewaskitaan sehingga dapat membaca sasmita.
Hening (Ening)
Hening adalah perilaku menenangkan badan seluruhnya dengan menghilangkan semua angan-angan pikiran, untuk suatu maksud yang boleh dilakukan sebelum melakukan sujud dasar. Hening ini dipergunakan untuk melihat atau mengetahui keadaan keluarga yang jauh atau untuk melihat segala sesuatu yang tidak dapat dilihat dengan mata jasmani, murwakani (meneliti ucapan dan tindakan sebelum dilakukan), mengetahui keadaan arwah leluhur yang sudah meninggal dunia, melihat tempat-tempat angker yang sering mengganggu manusia, dan mengirim-menerima telegram rasa.
Racut
Racut adalah memisahkan rasa dari pengrasa (pikiran) dengan tujuan berlatih menghadap Yang Maha Suci terhadap Yang Maha Kuasa. Racut dapat dipergunakan untuk mengetahui tempat kehidupan besok bila sudah mati, yang sering disebut “alam kasuwargan
Olah Rasa
Olah rasa adalah suatu cara untuk meneliti jalannya rasa dan getaran yang ada dalam badan untuk mencapai budi luhur yang harus dimiliki oleh Satria Utama, yaitu mereka yang ingin senantiasa waspada penuh ‘waskita‘ dan bijaksana.



Kitab Suci
Kitab suci penganut Sapto Darmo adalah yang diusahakan oleh Bopo Panuntun Gutama, yang tidak lain adalah pendirinya itu sendiri, Hardjosapuro. Menurut pandangan mereka, kitab ini berasal dari kumpulan ‘wahyu’ dari Tuhan yang memiliki sifat Pancasila Allah.
Tentang Alam
·        Alam Wajar yaitu alam dunia sekarang ini.
·        Alam Abadi yaitu alam langgeng atau alam kasuwargan.
·        Alam Halus yaitu alam tempat roh-roh yang gentayangan (berkeliaran) karena tidak sanggup langsung menuju alam keswargaan. Roh-roh tersebut berasal dari manusia yang selama hidup di dunia banyak berdosa.
C.    Komentar
Dari sudut pandang saya bahwa ajaran Sapto Darmo hanya berisi keimanan kepada Allah sebatas beriman terhadap Rububiyah Allah; itupun dengan pemahaman yang salah. Rububiyah Allah hanya difahami sebatas lima sifat (Pancasila Allah) yaitu Maha Agung, Maha Rahim, Maha Adil, Maha Kuasa, dan Maha Kekal. Padahal sifat rububiyah Allah itu banyak sekali (tidak terbatas dengan bilangan).
Keimanan secara benar terhadap Rububiyah Allah saja belum menjamin kebenaran Iman atau Islam seseorang, apalagi yang hanya beriman kepada sebagian kecil dari sifat rububiyah Allah seperti ajaran Sapto Darmo ini. (silahkan baca saja: Rubrik Tauhid oleh Ustadz Abu Nida’, halaman 2).
Inti ajaran Sapto Darmo hanya mengajarkan iman kepada Allah saja. Hal itu menunjukkan batilnya ajaran Sapto Darmo dalam pandangan Islam. Aqidah Islam memerintahkan untuk mengimani enam perkara yang dikenal dengan rukun iman, yaitu beriman kepada Allah, Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, Hari Akhir, dan Takdir yang baik maupun buruk. al-Allamah Ali bin Ali bin Muhammad bin Abil ‘Izziz dalam menjelaskan rukun iman mengatakan; “Perkara-perkara tersebut adalah termasuk rukun iman.
Komentar saya tentang Kitab Suci Sapto Darmo
Kitab Suci penganut Sapto Darmo sebagaimana disebutkan di muka adalah yang diusahakan oleh Bopo Panuntun Gutama, yaitu Hardjosapuro. Menurut pandangan mereka, kitab suci mereka itu berasal dari ‘wahyu’ yang berasal dari Tuhan yang memiliki sifat Pancasila Allah. Itu berarti bahwa ‘kitab suci’ tersebut baru, lahir sekitar 40 tahun yang lalu.
Aliran Sapto Darmo meyakini adanya alam halus yaitu alam tempat roh-roh yang gentayangan atau berkeliaran karena tidak sanggup langsung menuju alam keswargaan. Kata mereka, roh-roh tersebut berasal dari manusia yang selama hidup di dunia banyak berdosa.
Aqidah Islam tidak mengenal alam yang demikian itu. Setelah manusia meninggal dunia bagaimanapun cara meninggalnya– maka selanjutnya ia berada dalam suatu alam yang disebut dengan alam kubur atau alam barzakh, sebagaimana dijelaskan oleh al-Allamah Ali bin Ali bin Muhammad bin Abil ‘Izzi. “Ketahuilah, bahwa adzab kubur adalah adzab barzakh. Semua orang yang mati dalam keadaan membawa dosa berhak mendapat adzab sesuai dengan dosa yang dilakukannya, baik jasadnya dikuburkan, dimakan serigala, terbakar sehingga menjadi abu, melayang-layang di angkasa, disalib, atau tenggelam di lautan. Adzab kubur akan dirasakan oleh si mati dengan jasad dan ruh-nya, meski jasadnya tidak terkubur. Hal-hal ghaib yang berkaitan dengan bagaimana duduknya orang yang mati ketika di kubur, seperti apa tulang rusuknya, dan hal-hal yang semacamnya, maka wajib kita pahami (yakini) sebagaimana yang disampaikan oleh Rasulullah; tidak boleh kita menambah-nambah ataupun menguranginya

Terkait dengan alam, Ibnu Abil ‘Izzi pada alenia berikutnya menjelaskan; “Kesimpulannya adalah bahwa alam itu ada tiga; alam dunia (dar ad-dunya), alam barzakh (dar al-barzakh), dan alam akhirat (dar al-qarar). Allah telah memberlakukan hukum-hukum tertentu bagi tiap-tiap alam tersebut, dan manusia (jasad maupun ruh) akan berjalan sesuai dengan hukum tersebut. Allah menjadikan hukum-hukum dunia berlaku bagi jasad dan ruh sesuai keadaannya di dunia. Demikian juga; Allah menjadikan hukum-hukum di alam barzakh berlaku bagi jasad dan ruh sesuai keadaannya di alam barzakh. Kemudian, tatkala datang hari dibangkitkannya semua jasad dan manusia dari kubur mereka, maka akan berlakulah hukum-hukum yang ada di sana; pemberian pahala dan siksa, juga kepada ruh dan jasad secara bersama-sama.”
D.    Penutup
1.      Kesimpulan
a.       Sapta dharma terdiri dari dua kata yakni sapta dan dharma .secara etimologi kata sapta diketahui berasal dari bahasa sanskerta artinya tujuh(kata majmuk).
b.      Ajaran – ajarannya
c.       Percaya kepada tuhan dan percaya kepada diri sendiri.
d.      Cinta sesama manusia dan bertolong-tolongan.
e.       setia dan taat terhadap Pancasila Allah, yaitu: Yang Maha Agung, Maha Rahim, Maha Adil, Maha Wasesa (Kuasa) dan Yang Langgeng (abadi).
f.       setia menjalankan undang-undang negara dengan hati yang jujur dan suci.
g.      ikut serta cancut tali wanda (siap sedia sewaktu-waktu) mempertahankan tegaknya negara, nusa dan bangsa.
h.      menolong siapa saja yang memerlukan bantuan tanpa mengharapkan balasan apa pun



2.      Saran

Pemakalah menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, banyak hal-hal yang masih kurang dalam makalah ini. Maka dari pada itu pemakalah mengaharapkan kritikan dan saran dari para pembaca dan terutama sekali kepada dosen pembimbing, guna untuk perubahan dan perbaikan bagi pemakalah dikemudian harinya.




Daftar Pustaka
Hilman Hadikusuma, Antropologi Agama, 113.
Mutholib Ilyas – Ghofur Imam, Aliran Kepercayaan dan Kebatinan di Indonesia, 160-161.
Mutholib Ilyas – Ghofur Imam, Aliran Kepercayaan dan Kebatinan di Indonesia, 163-165.
Rahnip M., B.A., Aliran Kebatinan dan Kepercayaan dalam Sorotan, Pustaka Progressif, hal. 11.
Hilman Hadikusuma, Antropologi Agama, 116.
Mutholib Ilyas – Ghofur Imam, Aliran Kepercayaan dan Kebatinan di Indonesia, 162-163.


1 comment:

  1. ini adalah salah satu materi yang saya dapatkan dalam perkuliahan Komunikasi lintas Agama di IAIN Pontianak kemaren.....

    ReplyDelete

DISCOVERY AND INQUIRY

DISCOVERY AND INQUIRY Bangunan berlantai dua yang berdiri diatas lahan 1508 m 2 itu tampak sunyi senyap disepertiga malam akhir. Se...