BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dengan adanya lembaga pendidikan formal tentu
mengacu pada adanya tujuan dari pendidikan nasional yaitu untuk
mengembangkan peserta didikanya secara optimal dan mengubah perilaku pserta
didik dari hal-hal yang negatif menjadi positif, setiap pihak atau personil
disebuah sekolah hampir semuanya mengharapkan para peserta didiknya mampu
belajar dengan baik dan hasil dari belajar itulah yang mampu mengubah tingkah
laku siswa. Permasalahan yang terjadi dikalangan siswa memang tidak didambakan,
dibeberapa media baik itu cetak maupun elektronik kadang kita sering membaca
dan mendengar adanya debuah permasalahan yang terjadi dan pelakunya tidak lain
adalah siswa. Memang kita sangat berharap hal-hal seperti itu tidak didambakan
tapi entah bagaimana sehingga perkelahian, pengeroyokan serta penganiayaan
sesama siswa itu kerap terjadi dan hal itu sudah merupakan hal yang sudah tidak
lasim lagi dengan kita.
Sebab itu dari segi permasalahan yang terjadi di
sekolah ini perlu antisipasi untuk mengurangi permasalahan yang terjadi di kalangan
siswa karena jika tidak diantisipasi maka dalam dunia pendidikan itu hanya bisa
dikategorikan oleh masyarakat sebagai lembaga pendidikan yang tidak
mengfungsikan tanggung jawabnya sebagai pendidik dan juga tidak profesional
dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.
Maka dari itu diharapkan kepada para personil sekolah
atau yang berwenang dalam sekolah agar dapat mengatasi atau memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi yang terjadi di sekolah dengan harapan agar para
siswa juga bisa terbentuk kepribadiannya dengan baik.
B. Tujuan Pelaksanaan Studi
Kasus
Dalam pelaksanaan studi kasus ini dilaksanakan dalam
usaha untuk menguasai pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam memberikan
layanan konseling secara individual serta pembuatan laporan studi kasus. Dengan
menjunjung tinggi kode etik yang dipegang teguh oleh petugas bimbingan dalam
menjalankan tugasnya adalah menjaga kerahasiaan konseli terutama
masalah-masalah yang dihadapinya. Segala sesuatu yang dikemukakan oleh konseli
akan dirahasiakan oleh konselor.
Dari wujud laporan ini sama sekali tidak bermaksud
membeberkan rahasia atau masalah konseli. Namun, jika dalam uraian nanti
terdapat kesamaan masalah yang didapati penulis kiranya hal demikian dapat
dianggap sebagai hal yang terjadi kebetulan. Segala data atau informasi yang
menyangkut pribadi konseli akan dijamin kerahasiaannya dalam hal ini laporan
studi kasus ini hanya akan diberikan kepada yang berwenang saja atau pihak yang
berwenang dalam laporan studi kasus ini.
C. Konfidensial
Dalam kegiatan ini dilaksanakan dalam usaha menguasai
pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam memberikan layanan konseling secara
individual serta pembuatan laporan studi kasus. Pelaksanaan studi kasus
merupakan persyaratan dalam mengikuti mata kuliah Studi Kasus. Kegiatan
studi kasus relatif sama dengan kegiatan konseling yang sebenarnya, sehingga
dapat dikatakan bahwa dengan kegiatan ini merupakan awal bagi calon dan untuk
selanjutnya dapat memberikan gambaran bagaimana konseling sesungguhnya di
lapangan.
Pada studi kasus ini diperlukan berbagai macam data,
baik data pribadi maupun data tentang lingkungan (lingkungan keluarga, sekolah,
dan masyarakat) sebagai faktor yang turut mempengaruhi keberadaan konseli.
Meskipun data ini merupakan sesuatu yang bersifat
rahasia bagi konseli, namun tentunya tidak akan menimbulkan dampak negatif dan
merugikan si konseli. Sebaliknya, konseli justru memperoleh sesuatu yang
bersifat positif dan menguntungkan bagi dirinya guna memecahkan masalah-masalah
yang dihadapinya. Oleh karena itu, untuk menjaga keraasiaan data tentang
konseli yang berupa penyamaran nama dan kesedian penulis untuk tidak
memberitahukan pada orang lain.
Informasi dan data-data mengenai konseli dalam proses
pemberian bantuan juga dirahasiakan dan apabila dalam penyajiaan dari studi
kasus ini terdapat kesamaan dengan identitas atau masalah dengan orang lain hal
itu hanya secara kebetulan saja.
D. Identifikasi Kasus
Dalam identifikasi kasus ini dimana yang
teridentifikasi adalah salah seorang anak yang berada di suatu tempat, dengan
menggunakan beberapa alat pengumpul data yang diperlukan yaitu melalui wawancara,
danalat pengumpul data lainnya. Siswa yang dimaksud gambaran selanjutnya
tentang konseli adalah sebagai berikut:
BIODATA SISWA
1. Nama Lengkap
: IP (Inisial)
2. Jenis Kelamin
: Perempuan
3. Agama
: Islam
4. Umur
: 6 Tahun
5. Cita-Cita
: Guru
6.
Hoby
: Bermain
7. Tinggi/Berat Badan
: 65 cm / 25 kg
8. Pendidikan
: Tidak Sekolah
9. Kelas
: -
10.
NIS
:
11. Tempat/Tgl Lahir
: Pontianak, 5 Juni 2009
12. Alamat Rumah
: Jl. Sui. Kupah
13. Suku
: Melayu
14. Warga Negara
: Indonesia
15. Alamat
Sekolah
: Jl. Sui. Kupah, dusun Sedat
16. Keterangan Pendidikan
a. Taman Kanak-Kanak
Umur
: -
Lama Belajar
: -
b. Sekolah Dasar
Umur
:
Lama Belajar
:
c. SMP
Umur
:
Lama Belajar
:
d. SMA
Umur
:
Lama Belajar
:
17. Keterangan Keluarga
a. Ayah
Nama
: IS
Agama
: Islam
Umur
: 65
Pendidikan Terakhir
: SD
Pekerjaan
: -
Alamat
: Jl. Sui. Bemban
Suku/ Kewarganegaraan :
Melayu/Indonesia
b. Ibu
Nama
: PL
Agama
: Islam
Umur
: 32
Pendidikan Terakhir
: SD
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Alamat
: Jl. Sui. Kupah
Suku/Kewarganegaraan :
Melayu/Indonesia
c. Saudara
Laki-Laki
: –
Perempuan
: -
Keterangan Tempat Tinggal
a. Tinggal Dengan
: Orang Tua
b. Ke sekolah Dengan
:
c. Jarak Rumah Dengan Sekolah :
18. Keterangan Kesehatan
a. Penglihatan
: Baik
b. Pendengaran
: Kurang
c. Penciuman
: Baik
d. Penyakit Yang Pernah Diderita : Trauma
19. Keterangan Lainnya
a. Penampilan
Ekspresi Wajah
: Cemberut
Kerapian
: Kurang Rapi
Suara
: Pelan
b. Persentase Kehadiran
:
c. Tipe Pergaulan
: Tertutup
d. Kegiatan Di Luar Sekolah : –
e. Kehidupan Belajar Di Rumah
Jumlah Jam Belajar
: -
Sarana/Prasarana
: Kurang Lengkap
E. Gambaran Secara Menyeluruh
Tentang Konseli
- Personal Apperence ( penampilan pribadinya )
Dilihat dari kesehariannya, si konseli ini adalah anak
yang tidak mudah sekali bergaul dan tidak mudah untuk mendapatkan teman di
lingkungan masyarakat.
Begitu pun hasil wawancara ( interview )
terhadap salah satu teman dekatnya yang berinisial AR yang mengatakan
bahwa si IP (Inisial) sering termenung baik dirumah maupun diluar rumah dan
kurangnnya perhatian dari orang tuanya terutama ayahnya yang sangat sibuk.
F. Gambaran Umum Kasus
Dari berbagai informasi yang telah diperoleh melalui
pengumpulan data seperti kebiasaan siswa, Wawancara, Observasi. Adapun gambaran
umum dari kasus konseli sebagai berikut:
1.Konseli dalam lingkungan rumah sering menyendiri
2.Konseli kurang mampu menyesuaikan dirinya dengan
lingkungan
5.Kurang komunikasi dengan ayahnya dirumah dan kurang
diperhatikan oleh orang tuanya.
G. Alasan memilih Kasus
1. Bagi Penulis
Berdasarkan gambaran umum kasus, maka penulis merasa
perlu untuk menangani siswa yang bersangkutan dengan orang tuanya dengan
menggunakan studi kasus dengan harapan agar:
–
Penulis terampil dalam melaksanakan konseling secara individual
–
Penulis terampil dalam menangani siswa yang bermasalah melalui teknik studi
kasus
- Bagi Anak
Dengan penanganan kasus, anak yang bersangkutan
diharapkan:
–
anak tersebut dapat meningkatkan semangat dalam hidup
–
anak tersebut dapat merubah sikapnya
–
Siswa tersebut dapat lebih memahami dirinya serta masalah yang telah dihadapinya.
BAB II
PENGUMPULAN DAN PENYAJIAN DATA
- A. Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan selama
berlangsungnya penelitian meliputi kebiasaan anak, Wawancara dan Observasi.
Beberapa alat pengumpul data tersebut akan diuraikan sebagai berikut:
- Kebiasaan anak
kebiasaan anak dirumah adalah suatu daftar pertanyaan
atau pernyataan tertulis yang harus dijawab secara tertulis juga untuk
mengungkap kebiasaan-kebiasan dirumah
2. Wawancara
Wawancara dengan adanya wawancara yang dilakukan oleh
penulis maka sedikit banyaknya bisa memberikan informasi tentang anak.
3. Observasi
Observasi adalah proses pengamatan yang dilakukan
secara sengaja terhadap tingkah laku kasus dalam situasi tertentu. Dalam
penelitian ini menggunakan metode observasi adalah sebagai pelengkap dari
metode-metode lainnya. Hal in diketahui melalui pengamatan terahadap tingkah
lakunya di kelas dalam proses belajar mengajar dan diluar kelas.
B. Penyajian Data
Dalam upaya untuk memahami kasus ini secara detail dan
akibat terhadap diri konseli, maka penulis akan menyusun prosedur dan
metose peyelidikan dengan rancangan terkait yang disajikan melalui
tahapan analisis, sintesis, diagnosa dan prognosis. Dengan tahapan inilah
diharapkan dapat memberikan bantuan terhadap diri konseli dan bagaimana
alternatif pemecahannya dari masalah tersebut.
Adapun penyajiaanya yaitu sebagai berikut:
1.
Observasi
Ada beberapa pernyataan yang dicek pada observasi
didalam kelas diantaranya
- Sikap pada umumnya
Ø Berpindah-pindah
tempat
Ø Cara duduk
yang seenaknya
Ø Mendengarkan
dengan sebelah telinga
- Cara merespon dan mengerjakan pekerjaan
Ø Menyatakan
sesuatu yang dibuat-buat
Ø Susunan
bahasa kurang baik
Ø Selalu
mengganti pekerjaan
Ø Bekerja
tergesa-gesa
Ø Sering
kebingungan
Ø Ceroboh
dalam bekerja
BAB III
PROSEDUR PEMILIHAN BANTUAN
A.Analisis
a. Sintesis
Sintesis merupakan kegiatan untuk menghubungkan data
sehingga tampak jelas hal-hal yang menjadi latar belakang adanya suatu masalah
yang dihadapi oleh konseli sebagaimana yang telah dipaparkan pada uraian sebelumnya
yakni pada tahapan-tahapan analisis.
Adapun faktor pendukung yaitu :
- Konseli termasuk anak yang rajin bernyanyi
- Konseli berusaha terbuka
Adapun faktor penghambat yaitu :
- Konseli kurang komunikasi dengan orang tua dirumah,
C. Diagnosis
Berdasarkan hasil sintesis di atas yang didapat dari
berbagai macam-macam tes psikologi, berikut ni dikaji diagnosis yang
menyebabakan sehingga konseli mengalami masalah belajar.
Adapun uraian diagnosis berdasarkan data yang telah
dikumpul oleh penulis sebagai berikut:
Dengan melihat uraian pada analisis data dan sintesis,
maka penulis dapa menyimpulkan bahwa masalah yang dialami si WD ini yang
disebabkan oleh faktor antara lain yaitu :
- Kurangnya perhatian orang tua terhadap pergaulan anaknya
- Orang tua klien sering bertengkar dan membuat mengalami rasa ketakutan
D. Prognosis
Berdasarkan dari hasil diagnosis terhadap
masalah-masalah yang menyebabkan rendahnya tingkat belajar konseli berikut ini
akan diuraikan kemungkinan-kemungkinan pemberian bantuan. Pemberian bantuan
berdasarkan latar belakang penyebab masalah itu muncul.
Kemungkinaan-kemungkinan pemberian bantuannya sebagai berikut:
- Memberikan bimbingan belajar berupa:
– Informasi agar klien mau
lebih terbuka
– Informasi tentang bagaimana
mengatur waktu dirumah
– Informasi bagaimana
menghadapi kesulitan untuk menghilangkan rasa takut
BAB V
PELAKSANAAN LAYANAN BANTUAN
- A. Jenis Bantuan yang Diberikan
Usaha pemberian bantuan tidak begitu saja dilaksanakan
tapi perlu adanya perencanaan meskipun dalam pelaksanaanya tidak semua bantuan
yang diberikan dapat dengan baik karena dengan adanya kendala atau rintangan
yang akan menghambat. Adapun alternatif bantuan yang telah dipilih oleh konseli
adalah sebagai berikut:
- Bantuan melalui Bimbingan:
Ø Informasi tentang
penggunaan waktu dirumah untuk bermain/pergaulan.
Ø Informasi
tentang cara berkomunikasi dengan orang tua.
Ø Informasi
tentang kedudukan orang tua dalam kehidupan.
2. Bantuan
Melalui Konseling
Memberikan bantuan pada konseli melalui
konseling Realitas yaitu menempatkan pokok kepentingannya pada peran
konseli dalam menilai kualitas tingkah lakunya sendiri dalam menentukan apa
yang membantu kegagalan yang di alaminya. Konseling Realitas menekanka
pertimbangan-pertimbangan nilai.
B. Pelaksanaan Layanan Bantuan
Setelah rencana bantuan ditetapkan maka selanjutnya
diberikan bantuan sebagai berikut
- Melalui Pemberian Bimbingan
Adanya informasi yang diberikan berupa :
- Bagaimana cara bicara yang baik
- Mengatur waktu dirumah
- Cara bergaul yang sehat
- Cara menghadapi pikiran-pikiran yang sering mengganggu.
- Kedudukan orang tua dan kewajiban sebagai anak.
2. Latihan
Assertif
Menurut Alberti 1997 (Gunarsa, 2007: 216-217) prosedur
dari latihan asertif adalah sebagai berikut:
- Latihan keterampilan, dimana perilaku verbal maupun nonverbal diajarkan, dilatih dan diintegrasikan kedalam rangkaian perilakunya. Teknik untuk melakukan hal ini adalah peniruan dengan contoh, umpan balik secara sistematik, tugas pekerjaan rumah atau melalui permainan.
- Mengurangi kecemasan, yang diperoleh secara langsung atau tidak langsung.
- Menstruktur kembali aspek kognitif, di mana nilai-nilai, kepercayaan, sikap yang membatasi ekspresi diri pada konseli, diubah oleh pemahaman dan hal-hal yang dicapai dari perilakunya.
C. Penilaian Hasil
Layanan
Berdasarkan beberapa tahap yang dilakukan maka
selanjutnya diadakan follow up atau penilaian atau evaluasi untuk
mengetahui sejauh mana perubahan-perubahan yang terjadi. Hal ini dapat
dilakukan dengan melakukan pengamatan baik secara langsung maupun tidak
langsung.
- Secara langsung, dilakukan oleh penulis dengan melakukan pengamatan langsung kehidupan dirumah
- Secara tidak langsung, yaitu penulis memperoleh informasi dari orang-orang yang ada disekitar konseli (orang tua, teman, masyarakat).
Berdasarkan follow up dan penilaian yang diberikan,
penulis telah melihat perubahan-perubahan yang terjadi yang terangkum dalam 2
aspek berikut:
a. Aspek Keberhasilan :
- Konseli dengan senang hati mendengar dan menerima setiap arahan dan bimbingan dari kakak pembimbingnya.
- Anak mulai bergairah dan sudah mau untuk terbuka dalam keluarga
- Konseli telah memahami permasalahannya
- Konseli telah mengetahui dan menerima segala kekurangan dan potensi yang dimilikinya dan berusaha akan mengoptimalkan potensinya.
- Konseli telah berjanji untuk berusaha dengan sungguh-sungguh memperbaiki sikap
b. Aspek Ketidakberhasilan
- Pemberian bantuan yang diberikan belum mencapai taraf optimal karena dibatasi waktu yang sangat terbatas sehingga tidak mencapai hasil yang optimal pula.
- Anak belum mampu secara optimal melaksanakan semua saran dan bimbingan yang diberikan sekaligus, sehingga butuh pengawasan dan pemberian motivasi terus-menerus kepada anak/konseli tersebut.
BAB V
TINDAK LANJUT
Untuk mencapai hasil yang maksimal
terhadap usaha bantuan dalam bentuk pelimpahan dan tindak lanjut ini diperlukan
untuk mengetahui dan mengikuti perkembangan atas kemajuan konseli nantinya,
berhubungan dengan keterbatasan waktu maka penulis dalam melaksanakan tugas
mata kuliah studi kasus ini. Maka dalam kegiatan ini sangat diharapkan peranan
dari pihak konselor dan orang tua anak untuk memberikan perhatian yang lebih
intensif dan berkesinambungan kepada konseli. Untuk itu penulis mengharapkan
masing-masing kepada:
- Orang tua senantiasa memperhatikan perkembangan konselinya khususnya pada saat konseli berada di lingkungan masyarakat, mengamati lebih lanjut, perkembangan kemajuan bukan hanya perhatian pada sikap tetapi juga pergaulan siswa yang bersangkutan.
- orang tua konseli membina hubungan kerja sama yang baik sehingga konselor akan lebih mudah memperoleh informasi tentang konseli di rumah dan begitupun sebaliknya. Konselor dapat memberikan informasi mengenai keadaan konseli di sekolah kepada orangtuanya agar dapat mengetahui kondisi anaknya
- Diharapkan kepada orang tua agar lebih memperhatikan keadaan psikologis anaknya, dimana ketika ada masalah antara kedua org tuanya supaya tidak di pelihatkan kepada konseli sahingga tidak mengganggu proswes balajar konseli.
- Konseli yang bersangkutan diharapka mulai terbuka dengan berbagai permasalahan yang dihadapinya, antusias menyampaikan semua unek-uneknya tanpa malu-malu, selalu bertekad memperbaiki sifatnya, menyadari kekeliruan sikapnya terhadap orang tuanya dan berusaha memperbaikinya dan mendapatkan masalah disarankan unutk berkonsultasi dengan konselor atau wali kelasnya.
BAB VI
PENUTUP
- A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil laporan studi kasus yang
dilaksanakan untuk mengetahui penyebab anak melakukan perilaku menyimpang dan
cara mendapatkan informasi dapat dilakukan dengan metode wawancara ( interview
) dan observasi tentang tingkah laku konseli. Adapun prosedur pemberian bantuan
yang diberikan kepada konseli yaitu:
- Memberikan bimbingan komunikasi yang baik
- Melaksanakan Konseling Realitas
- Latihan Assertif